
Ayah.
[Kapten Anumerta Sudaryanto]
Untuk kesekian kalinya,
ketika nama itu terlintas dalam benakku…
Ada perasaan yang tak bisa aku jelaskan.
/Lara.
Mungkin itu adalah kata yang tepat untuk mewakilinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lara memiliki makna sedih; sakit.
Sedih, hingga membuat hati ini terasa sakit.

Seraya mengingat kembali kenangan tentang Ayah…
Jumat, 29 September 1995
Ayahku adalah seorang Pilot di Direktorat Samapta Subdit Pol. Udara yang juga ditugaskan sebagai Pilot di maskapai penerbangan Merpati Airlines kala itu. Ibu menjelaskan pagi hari itu ayah izin untuk berangkat kerja ke kantor Kepolisian Udara. Namun, tak seperti biasanya, pagi itu kakak keduaku menangis tak kunjung henti ketika melepas kepergian ayah ke kantor. Tak ada prasangka apapun, ibu hanya merasa tangis kali ini begitu pecah mungkin dikarenakan fase pertumbuhan gigi. Sepuluh menit berlalu, tangis belum juga mereda. Hal itu mengharuskan ayah menunda keberangkatannya ke kantor. Selayaknya berbicara dengan orang dewasa, tutur lembutnya menjelaskan pada balita berusia dua tahun itu “Ayah terbang dulu sebentar, ya. Nanti pas Ayah pulang, kita main lagi.” tuturnya.
Namun pada kenyataannya, Ayah terbang dan tak jua pulang…

[Jawa Barat] Jumat, 29 September 1995
Di tengah cuaca mendung disertai rintik hujan, di atas perbukitan Gunung Sintok, Jawa Barat, sebuah pesawat terbang berbaling-baling dua terlihat oleng. Bahkan, pesawat yang meluncur deras menuju kebun kopi yang digarap rakyat setempat tersebut sudah mengepulkan asap.
“Saat itulah kami lihat ada beberapa tangan yang melambai-lambai ke arah kami dari dalam pesawat, yang belakangan kami ketahui sebagai isyarat agar kami menyingkir,” tutur Jayadi (40) warga Desa Sirnajaya, Jawa Barat.
Rupanya para awak pesawat berharap agar tidak timbul korban lainnya jika pesawat yang ditumpangi mereka mendarat darurat. Kesaksian penggarap kebun kopi dan cabe pada saat melihat kejadian: “Mereka melambai-lambaikan tangan lalu tak lama kemudian terdengar bunyi ledakan dua kali.”
[Jakarta] Jumat, 29 September 1995
Pesawat Cessna Piper Cheyenne PA-31T dengan nomor penerbangan P-2005 milik POLRI mengalami kecelakaan tepat enam hari setelah hari kelahiranku. Pada hari itu ayah mendapat arahan dari pimpinannya untuk melakukan latihan terbang dalam rangka persiapan Terbang Formasi HUT ke-50 ABRI Tahun 1995. Tak ada yang menyangka bahwa ayah akan terbang untuk selama-lamanya, terbang untuk kembali pada Sang Pencipta.
Qodarullah Wa Maa Syaa-a Fa’ala.
Suasana duka telah terasa sejak Jumat malam ketika sejumlah keluarga duka menunggu kedatangan keenam jenazah di Aula Direktorat Samapta Mabes Polri. Jerit tangis tiba-tiba menyentak keheningan ruangan, ketika enam ambulan yang berjalan beriringan membawa para korban pesawat Cessna Polri tiba.
Beberapa keluarga termasuk sejumlah Ibu Bhayangkari mengenakan seragam merah jambu, langsung menghamburkan tangis ke arah peti-peti yang tertutupi bendera Merah Putih.
Keluarga duka ingin menyaksikan langsung kondisi para korban dalam peti. Namun, keinginan tersebut dicegah oleh sejumlah petugas, mengingat kondisi korban yang pada umumnya menyedihkan akibat terbakar. Kapolri Jenderal Pol. Drs. Banurusman Astrosemitro menyempatkan hadir di aula untuk membesarkan hati keluarga duka, Sabtu dinihari.
“Sekalipun sesungguhnya ingin sekali menyaksikan wajah suami saya untuk yang terakhir kalinya. Tetapi, kami harus merelakannya, karena sampai akhir hayatnya Ia adalah milik negara.”
“Direktur Samapta: Sekali lagi, ini resiko tugas”
Keenam korban Piper Cheyenne Polri musibah pesawat Cessna memperoleh kenaikan pangkat setingkat Anumerta. “Mereka gugur ketika sedang melaksanakan tugas sehingga pantas memperoleh penghargaan kenaikan pangkat” komentar Kadispen Polri Brigjen Pol. Drs. I Ketut Ratta yang hadir pada upacara pelepasan keenam ‘pahlawan’ Polri di Aula Direktorat Samapta Mabes Polri, Sabtu Pagi.
MONUMEN PIPER CHEYENNE — Letjen Pol. Drs. Dibyo Widodo meresmikan “Monumen Pesawat Piper Cheyenne” di Bukit Rawasengon, Desa Sirnajaya, Kecamatan Jonggol, Bogor, Minggu (1995). Monumen itu didirkan untuk mengenang enam orang prajurit penerbang Polri yang gugur, akibat pesawat yang ditumpanginya terbakar dan jatuh, dalam rangka latihan pada peringatan HUT ABRI 1995. Monumen setinggi 260 sentimeter dan terbuat dari batu kali, keramik dan semen pasir ini, didirikan di perbukitan yang menjadi kebun kopi rakyat. Pada monumen ini terpasang baling-baling pesawat dan nama-nama prajurit yang gugur. Keenam prajurit Polri yang diperingati dan dikenang sebagai kusuma bangsa itu adalah Mayor Pol Anumerta Suharno, Mayor Pol Anumerta Lilik Ramli, Kapten Pol Anumerta Sudaryanto, Kapten Pol Anumerta NN Saragih, Lettu Pol Anumerta Niko Manik, dan Sertu Anumerta Susilo Pambudi. Al-Fatihah…

Masih terekam jelas dalam ingatan, saat koran Poskota dengan headline wajah ibu diperlihatkan kepadaku. Itu adalah momen pertama kalinya aku tahu ‘kisah’ lengkap dibalik kepergian ayah. Sambil menatap wajah ayah dalam bingkai, kesedihan dan perasaan lara terlihat jelas dari raut wajah ibu dalam koran yang bertuliskan:
“Ny. Alawiyah, istri Alm. Kapten Sudaryanto yang baru melahirkan seminggu lalu.”
Ya, seminggu yang lalu. Penglihatanku mendadak buram, karena air yang jatuh dari pelupuk mata.
Jika digenapkan, usiaku seminggu kala itu. Tujuh hari itu adalah waktu terindah yang telah Tuhan berikan untukku dan ayah. Rentang waktu yang cukup untuk aku bersyukur. Bersyukur karena ayah adalah ayahku. Dulu, Sekarang, dan Selamanya.
Ayah, terima kasih atas kasih sayang yang telah engkau berikan kepada kami selama hidup hingga akhir hayatmu. Bangsa, Negara, serta Keluarga bangga memiliki seseorang sepertimu.
“Dimulainya tertib diri pribadi sebelum menertibkan pribadi rakyat (orang lain), adalah Mutlak.” — Ayah

“Aku yang masih berjalan sendiri merespon bentuk bahagia. Aku yang kini fasih memikul rasa sedih dan kecewa. Aku yang terus menyamankan diri dari cara takdir membagikan ilmu ikhlasnya.” — Anak Ayah

“Selamat jalan, Ayah.”
[The 9th of August]
This stories dedicated to you, Dad.
I knew it was only a matter of time before heaven reclaimed such a treasure as you. May your heavenly birthday be rich with pure serenity 🤍
Al-Fatihah…
